Suara Aneh di Langit

Monday, April 28, 2008

Kejadiannya kira-kira 10 tahun lalu, yah sekitar tahun 1998 lah. Saya dan keluarga sering banget denger suara aneh, umm.. gambarannya kayak suara mesin turbin kali yah, dan suaranya itu gede buanget (saya gak ngelebih-lebihin), suaranya statis dan suaranya itu kayak ada diatas rumah atau paling gak disekitar kompleks perumahan saya lah.

Kalo saya liat keluar rumah siy gak ada tanda-tanda darimana suara itu dateng. Akhirnya saya tanya sama mama, mama bilang siy palingan suara mesin pesawat dari Pondok cabe. Tapi saya siy gak yakin suara mesin pesawat segede itu dan itu di Pondok Cabe, yang jarak sama Cinere kira-kira 10 km. Rasanya gak mungkin, pesawat apa yang bisa ngeluarin suara sebesar itu dari jarak 10 km tanpa keliatan wujudnya.

Suara itu sering banget datengnya. Hampir tiap hari selama berbulan-bulan suara itu dateng. Tapi biasanya dia datengnya tiap malem, dan bisa berjam-jam. Trus kalo udah suara itu bisa langsung ilang gitu aja (without fade). Aneh banget memang. Adek saya pernah nanya ke temennya (at that time yah, bukan nanyanya 10 tahun kemudian), yang rumah dia sama rumah saya cuma beda 3 rumah aja, apa dia juga denger suara aneh itu, dan surprisingly dia bilang gak denger. Aneh banget kalo dia bilang gak denger, karena satu: suara itu gede banget dan mungkin bisa didenger satu Cinere dan sekitarnya, dua: suaranya gak dateng cuma sekali dua kali aja tapi sering, jadi kalo dia gak denger hari ini besok-besok masih bisa denger.

Ada lagi yang lebih aneh. Jadi masih disekitaran tahun itu kali yah (jaman lagi piala dunia), adek saya yang cerita, suatu hari suara aneh itu dateng lagi dan kali ini suaranya besar banget lebih dari biasanya dan itu semakin nakutin. Saya sama adek saya yang emang tidur sekamar akhirnya mutusin untuk numpang tidur di kamar mama sama papa karena kita udah ketakutan. Trus dia bilang, guling saya ketinggalan di kamar dan saya balik ke kamar buat ngambil guling. Pas balik ke kamar mama saya kayak ketakutan gitu karena nekat liat ke jendela di kamar saya dan di langit kayak ada ledakan 2 kali dan berbentuk garis trus ilang. Kata adek saya, saya cerita gitu. Tapi anehnya saya gak pernah inget sedikit pun kalo saya pernah liat ledakan itu. Saya memang orangnya pelupa, but how can I forgot bout the abnormal thing like this?? Gak mungkin aja saya bisa lupain kejadian yang gak umum kayak gini, apalagi saya waktu itu udah SMP dan bukan playgroup lagi yang mungkin ingetannya masih lemah. Aneh kan, dan sampe sekarang saya masih penasaran sama apa yang saya denger dan (katanya) sama apa yang saya liat.

MENUHANKAN UANG, GAMBARAN SINETRON INDONESIA

Friday, April 18, 2008

Sebenernya bukan suatu wacana yang baru lagi kalo sinetron Indonesia jaman sekarang gak ada yang mendidik. Salah satu contoh sinetron yang saya ambil itu sinetron Cinta Bunga yang tampil stripping di SCTV tiap jam 8 malem. Gak tau kenapa orang tua saya suka banget nonton sinetron itu, padahal sinetron itu isinya cuma emosi, marah-marah, kata-kata yang gak mendidik, dll. Kata-kata yang paling sering keluar dari mulut pemain sinetron itu kalo gak gembel busuk, harta warisan arman, yah kurang lebih kayak gitu lah. Trus adegannya itu cuma sikut-sikutan ngerebutin harta warisan aja.. (ugghh!! Kayak gak ada hal lain aja yang diurusin.. hartaaaa mulu yang diributin!). Yang dikejar itu selalu uang, kesannya uang itu Tuhan. Pantes aja Indonesia gak maju-maju, korupsinya makin nambah, mental orang-orangnya pada gak bener, gimana nggak lah wong sinetronnya aja begitu (tapi Alhamdulillah orang tua saya mentalnya gak jadi bobrok gara-gara sinetron itu).

Sinetron jaman-jaman sekarang tipikal banget dengan harta, kejahatan, penderitaan yang gak ada habisnya, menghalalkan segala cara, dan sebagainya. Oohh come on, kayak gak ada hal lain aja yang bisa dibahas. Kalo dulu, sekitar taun 90an, ada beberapa sinetron yang sebenernya bagus buat ditonton, kayak Si Doel Anak Sekolahan 1 & 2 (kenapa cuma yang ke-1 sama 2 aja, soalnya yang ke-3 dan seterusnya udah berkurang esensi bagusnya), trus ada juga sinetron Cinta yang main itu Desy Ratnasari, Primus, sama Arik Syach, sinetron itu juga bagus karena buat saya isi maupun akting pemainnya natural banget. Trus inget gak dulu ada sinetron yang judulnya Buku Harian yang main itu (lagi-lagi) Desy Ratnasari, Moudy Wihelmina, Adjie Massaid, Nia Daniati, dll. Kangen rasanya liat sinetron yang kayak gitu, yang isinya gak cuma marah-marah, rebutan harta, mata mendelik sampe mau copot, kualitas pemainnya yang diambang batas parah, orang kaya yang gak umum kayanya (walopun kenyataannya di Indonesia yang kayak gitu emang ada), peran utama yang selalu menderita gak ada abisnya, ato apalah. Bosen!

Kenapa siy para insan pesinetron yang terhormat itu gak bikin sinetron yang bagus, yang layak buat ditonton, yang bisa ngedidik penonton untuk berbuat yang lebih baik yang bisa jadi contoh yang baik lah. Mungkin sinetron jaman sekarang itu pengen ngeliatin kalo orang yang berbuat jahat itu pasti dapet ganjarannya, tapi kok gak keliatan begitu yah.. Soalnya yang antagonis itu gak berhenti berbuat jahat dan yang protagonis itu gak berhenti ditimpa musibah. Jadi yang dominan disini yang antagonis bisa berbuat jahat seenaknya tapi ada ganjaran. Mungkin fenomena kayak begini terjadi karena penontonnya emang suka dikasih ”sajian” yang kayak begitu. Lagi-lagi mentingin rating daripada untuk ngasih tontonan yang bermutu buat masyarakat. Tapi saya mah yakin kalo misalnya sinetron Indonesia itu bagus-bagus tanpa ada embel-embel negatif yang saya sebutin diatas, pasti penonton juga suka kok. Iya gak? Kalo nggak kan mau nonton apalagi?

Ayo dong, para insan pesinetronan berlomba-lomba untuk buat sinetron yang bagus.. Jangan yang kesannya menuhankan uang melulu dong! Yang bermoral dikit lah (eh jangan cuma sedikit, yang banyak sekalian!).

Siapakah Wanita Berhati Mulia Itu ?

Tuesday, January 29, 2008

Setelah menyetir terlalu lama sepulang dari kampung saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan saya.

"Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Tangannya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajanannya.

"Tidak Dik, Abang sudah pesan makanan," jawab saya ringkas dan akhirnya dia berlalu.

Pesanan tiba, saya langsung menikmatinya. Gak sampe 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri calon pembeli lain. Saya lihat dia menghampiri sepasang suami istri. Mereka juga menolak tawaran anak itu, dan dia berlalu begitu
saja.

"Abang sudah makan, tak mau beli kue saya?" tanyanya tenang ketika menghampiri meja saya lagi.

"Abang baru selesai makan Dik, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pun pergi, tapi cuma di sekitar restoran. Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lalu dia tanya, "mau beli kue saya Bang, Pak... Kakak,... Ibu." Halus budi bahasanya pikir saya.

Sambil memperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya.

Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke mobil. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup pintu. Namun belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi sudah berdiri di samping mobil. Dia tersenyum kepada saya. Saya turunkan kaca jendela, dan membalas senyumannya.

"Abang sudah kenyang, tapi mungkin Abang perlu bawa kue saya buat oleh-oleh untuk adik- adik, Ibu atau Ayah abang," katanya sopan sekali, sambil tersenyum. Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya.

Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet, dan mengulurkan selembar uang Rp 20.000,- padanya. "Ambil ini Dik! Abang sedekah... Tak usah Abang beli kue itu." Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan yang meningkat mendadak. Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima restoran. Saya gembira dapat membantunya.

Setelah mesin mobil saya hidupkan. Saya memundurkan. Alangkah kagetnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp20.000,- pemberian saya itu kepada seorang pengemis buta. Saya terkejut, saya hentikan mobil, dan memanggil anak itu.
"Kenapa Bang, mau beli kue ya?" tanyanya.

"Kenapa Adik berikan duit Abang tadi pada pengemis itu? Duit itu Abang berikan ke Adik!" kata saya tanpa menjawab pertanyaannya.

"Bang, saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, Mak pasti marah. Kata Mak mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat Bang!" katanya begitu lancar. Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu.

"Abang mau beli semua ?" dia bertanya dan saya cuma mengangguk. Lidah saya kelu mau berkata.
"Rp 25.000,- saja Bang...." Dengan gembira dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima kasih dan berlalu dari pandangan saya.

Ya Tuhan!. Saya hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati, siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidik anak itu ?. Sesungguhnya saya kagum dengan sikapnya. Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.......

----------------------------------------------------------------------------

saya copy dari: http://kelompokdiskusi.multiply.com/journal/item/1322/Siapakah_Wanita_Berhati_Mulia_Itu_

Diseño original por Open Media | Adaptación a Blogger por Blog and Web