Menjadi Turis di Kampung Halaman Sendiri

Friday, October 19, 2007

Seperti yang biasa saya dan keluarga lakukan ketika Lebaran tahun-tahun sebelumnya, tahun ini pun kami juga melakukan rutinitas yang biasa dilakukan oleh orang-orang Indonesia. Tujuan Lebaran kali ini pun masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu kota kelahiran papa, Jogjakarta.

Hari pertama: Sabtu 13 Oktober 2007
Jam 6 pagi saya dan keluarga sudah siap untuk menempuh perjalanan 600 km naik mobil dari Jakarta menuju Jogja. Sengaja kami memilih berangkat hari Sabtu ini di saat kebanyakan umat Islam sedang melaksanakan sholat Id, karena kami berpikir jalanan pasti lebih sepi saat hari Lebaran. Sebelum bablas menuju Jogja, kami mampir ke rumah Bunda (bude saya) mengambil titipan untuk mbah di Jogja. Setelah itu kami langsung tancap gas menuju Jogja. Benar saja perkiraan kami, jalanan super sepi.. Kami berhenti sebentar di SPBU Tol Cipularang KM 57 setelah menempuh perjalanan 1/2 jam saja.. bayangkan 1/2 jam saja..

Kami memilih jalur selatan untuk menuju Jogja. Perjalanannya biasa saja, hanya yang gak umum adalah sepinya jalanan yang gak biasa kami lalui ketika mudik Lebaran. Sepupu papa saya pergi mudik ke Jogja juga, berangkat hari Kamis (H-2) tiba di Jogja hari Jumat (H-1).. Total perjalanan sepupu papa saya 36 JAM SAJA!! wew!! kebayang gak ada di jalan, luar kota pula, selama 36 jam.. Kami?? hanya 13 jam saja perjalanan menuju Jogja.. Beruntung?? Tentu saja.. Jam 7 malam kami sudah tiba di rumah mbah dengan selamat. Alhamdulillah.. Kami pun disambut dengan gembira oleh mbah, bulik Sri dan keluarga juga keluarga Om saya.

Hari kedua: Minggu 14 Oktober 2007
Tiba saatnya saya untuk menelusuri kota kelahiran papa saya. Pagi-pagi jam setengah 6 saya baru bangun dari tidur. mungkin karena lelah perjalanan kemarin membuat saya bangun agak terlambat untuk sholat subuh, tapi saya tetep sholat kok.. Setelah sholat saya melakukan kegiatan pre-mandi, yaitu cuci muka dan sikat gigi karena saya mau jalan-jalan kecil di sekitar rumah mbah. Jam 7, saya, mama, adik saya Vita dan adik sepupu saya Ega. Kami berjalan-jalan di seputaran alun-alun kidul, cukup berjalan kaki saja kok. Lalu kami pun mampir ke warung brongkos bu Handayani di dekat alun-alun kidul. Saya dan mama memesan nasi brongkos, Vita pesan nasi pecel (SGPC=sego pecel), Ega memesan nasi soto. Setelah kenyang kami pun beranjak pergi karena setelah ini kami akan berkunjung ke makam mbah kakung (putra) di kuncen dan ke Wates ke rumah pakde saya. Dalam perjalanan menuju rumah kami sempat berfoto-foto di plengkung gading, semacam pintu benteng pertahanan.

Rupanya kami sudah ditunggu keluarga yang lain untuk segera berangkat, apalagi mbah saya yang sudah tampil cantik tanda siap untuk pergi. Setelah semua siap, kami pun segera berangkat. Tujuan pertama adalah Kuncen, tempat dimana mbah kakung saya dimakamkan. Kami berziarah dan setelah itu kami langsung pergi.

Tujuan kedua adalah kota Wates, sebuah kota kecil yang masih masuk ke dalam wilayah Jogja, hanya saja Wates berada di pinggiran kota Jogja. Kota Wates masih asri, masih banyak sawah-sawah, tidak seperti Jogja yang sudah banyak modernisasi. Setibanya di rumah pakde saya, tujuan utama saya adalah dapur!! Karena biasanya kalo kami berkunjung kesana, buda saya selalu menyiapkan masakan yang istimewa.. Tapi saya harus bertemu dengan besannya mbah saya dulu yang tergolek sakit, bersalaman daan... langsung ke dapur.. hehehe.. kurang ajar sekali saya. Benar saja ternyata bude saya sudah menyiapkan mpek-mpek buatan sendiri yang enak sekali.. slruup.. (sayangnya saya tidak mengambil gambar makanan-makanan yang disediakan bude saya). Selain mpek-mpek bude saya masak sate ayam dengan saus kecapnya yang sangat khas, dan brongkos (again.. second times for today). Setelah makan (yang pertama tentunya) saya pun bermain-main dengan keponakan saya yang baru.. Namanya Faisal, lucu deh umurnya baru 6 bulan (sekali lagi dengan bodohnya saya tidak mengambil gambar Faisal). Dia akrab sekali dengan saya, mungkin karena saya bersifat keibuan makanya bayi-bayi pun lengket sama saya.. hohohoho...

Malamnya saya Vita, mama dan papa jalan-jalan keluar. Tujuan sebenarnya adalah mencari baterai untuk kamera, namun apadaya makanan di pinggir jalan di Jogja sudah melambai-lambai memanggil kami untuk mampir. Kami pun pergi ke daerah prawirotaman, dekat dengan rumah mbah saya sebenarnya.. Di prawirotaman ada sebuah warung dengan gerobak yang menjual bakmi khas jogja ato biasa kami sebut dengan bakmi jawa. Kami mampir di bakmi jawa pak Geno. Khasnya kalo memesan bakmi jawa ketika Lebaran adalah antriannya itu yang panjang. Dulu kami suka makan bakmi jawa pak Rebo (dekat rumah mbah juga), nah kalo makan disana pasti mbok-mbok yang jualan bilang "masih 20 lagi" ato "masih 40 lagi".. halah..halah... bisa-bisa kami terkapar kelaparan menunggu bakmi jawa yang dimasak satu-persatu itu... Tapi untungnya bakmi jawa pak Geno tidak terlalu ramai, kami hanya perlu menunggu "5 pesanan" lagi.. Saya pun memesan bakmi godog (bakmi kuah) dengan tambahan ati ampela dan uritan (bakal telur ayam).. enaknya...

Hari ketiga: Senin 15 Oktober 2007
Pagi-pagi jam setengah 8, saya mama dan Vita meluncur ke sebuah pasar tradisional, namanya pasar pujo. Konon kabarnya di pasar pujo masih ada mbok-mbok yang jualan jenang gempol. Jenang gempol adalah sejenis bubur mirip dengan bubur candil, cuma antara bubur gula merah dan gempolnya (candil yang bulet-bulet) dipisah. Jenang gempol sendiri disimpan di dalam kendil, dan disajikan dengan pincuk (semacam mangkok buatan sendiri yang dibuat dari daun pisang) dan sendoknya pun dibuat dari daun pisang. Waktu saya kecil, banyak mbok-mbok yang suka mampir ke rumah menjajakan jenang gempol ini. Tentu saja saya dan keluarga tidak pernah menolak untuk membeli. Sekali beli biasanya lebih dari 10 porsi. Tapi sayangnya beberapa tahun belakangan, bukannya mbok penjual jenang gempol yang mencari kami, tapi kami yang harus mencari si mbok penjual jenang gempol. Mungkin karena usia yang sudah lanjut (perkiraan saya seumur dengan mbah saya), mbok penjual jenang gempol lebih memilih untuk stay di satu tempat, salah satunya adalah pasar pujo. Dan benar saja, kami menemukan satu mbok penjual jenang gempol.. hanya satu.. Langsung saja saya menyerbu mbok jenang gempol "kalih mbok, makan disini".. Wah senangnya menikmati jenang gempol yang sekarang sudah menjadi makanan langka. Selesai menyantap jenang gempol kami pun berkeliling pasar. Menurut saya, pasar pujo termasuk pasar yang menyenangkan. Untuk ukuran pasar, pasar pujo termasuk cukup bersih. Lalu kami pun bertandang ke mbok yang lain, mbok yang beruntung kali ini adalah mbok penjual gudangan (semacam urap sayur yang ditabur dengan bumbu kelapa parut dan sambal tempe), mama saya membeli untuk dibawa pulang. Lalu kami ke mbok penjual kerupuk, ternyata kerupuknya murah sekaliiiii.. sebungkus besar harganya ada yang 1000 dan 1500 rupiah saja. Akhirnya saya membeli 2 jenis kerupuk dengan total kerusakan 2500 rupiah... wew..!! Lanjut, ada yang menarik lagi buat kami, mbok penjual kue cara bikang. Kue cara bikangnya warna-warni ada yang pink, hijau, coklat dan putih.. Kami pun tergoda untuk membeli.. Harganya?? mahal sekali!! 2500 rupiah isi 10!! ya ampyyuuunn.. cuma di Jogja yang bisa menjual harga "semahal" ini.. (saya sok tau, padahal di tempat lain juga banyak yang murah-murah.. piss...). Mbok penjual cara bikang juga sangat ramah, sambil memasak beliau pun mengobrol dengan kami..

Lalu kami pun pulang dengan hati gembira.. Sesampainya di rumah saya sebenarnya mau sarapan dengan gudangan yang dibeli oleh mama, akan tetatpi keburu ada tamu (temennya papa), jadi sarapan saya terpaksa dibatalkan. Karena hari itu ada acara Syawalan (acara hala bi halal trah Djojohoetomo yang diadakan setiap tahunnya) saya pun bersiap-siap untuk pergi. Acara Syawalan tahun ini diadakan di daerah Wates. Biasanya saya paling malas untuk datang ke acara Syawalan, karena menurut saya acaranya membosankan dan itu-itu saja. Tapi kali ini acara Syawalan sedikit lebih menyenangkan, terutama ketika Vita berhasil memenangkan doorprize utama yaitu dispenser (berkat the secret, believe it or not.. it worked). Yah lumayan lah, apalagi makan siang yang sangat menyenangkan.. terlebih lagi saya tidak sarapan.. jadilah saya menyerbu meja makan dengan sigap! Untung kateringnya tidak mengecewakan, makanannya enak..

Sorenya setelah sholat Ashar, saya dan 2 keluarga (keluarga saya dan keluarga bulik dewi) juga 3 sepupu kami yang setia ikut kemana pun kami pergi Tyas, Yayan dan Ega bepergian ke Kaliurang. Disana kami HARUS mampir ke jadah mbah Carik. Jadi di seputaran Kaliurang (yang dekat gunung Merapi) banyak yang jual jadah, jadah itu pangan dari ketan yang dimakan dengan tempe ato tahu bacem. Jadah ketan ini dikenal dengan burger tempe karena makannya ditumpuk antara jadah dan tempe ato tahunya, mirip seperti burger.

Malam hari saya dan keluarga besar masih berkumpul. Ada rapat keluarga, tapi saya, Vita dan Roni sepupu saya sibuk sendiri. Kami bertiga melakukan sesi fotografi, Vita yang menjadi fotografernya, saya dan Roni yang didaulat menjadi modelnya. Hasilnya..cukup bisa dipertimbangkan untuk memasuki dunia model dan dunia fotografi.. Hahahahaha.. Cukup hina lah potona mah..

Hari keempat: Selasa 16 Oktober 2007
It's Beringharjo time!!! Salah satu tempat tujuan saya di Jogja adalah pasar Beringharjo. Tujuannya apalagi kalo bukan cari baju batik murah meriah. Saya, mama dan bulik Sri dengan Tyas dan Yayan pun berangkat ke pasar Beringharjo di siang bolong, tapi akhirnya saya dan mama berpisah dengan bulik Sri dan anak-anaknya. Rasanya lumayan loh di pasar Beringharjo, rame dan panas.. Walah.. Mantabb..!! Setelah ngubek-ngubek wilayah batik (saya beli 4 kaos batik, 1 daster dan 1 celana pendek, total belanjaan kalo salah gak salah ingat 107500 rupiah) kami pun beranjak pulang menuju parkiran mobil. Dalam perjalanan menuju parkiran, kami mampir sebentar di depan pasar Beringharjo, tepatnya di tempat jualan pecel. Pastinya kami tidak dapat melewatkan makanan yang satu ini, terbelilah satu bungkus pecel dan 3 ayam bacem yang ternyata rasanya enak banget...!! Slruup.. Selesai membeli pecel kami lanjutkan perjalanan menuju parkiran mobil, lagi-lagi di tengah perjalanan kami harus tergoda oleh makanan yang dijajakan di pinggir jalan. Kali ini korbannya adalah sate daging sapi.. edann..!! enak banget!! Jadi sate daging sapi ini rasanya manis gurih, tapi gak terlalu manis gak seperti sate bali yang terlalu manis (yang saya gak terlalu doyan). Tapi sate daging yang ini rasanya beda. Kami akhirnya membeli sate daging dan sate lemak (yang suka kita makan di steak sirloin).. yummy!!!! God bless sate.. hehehhe..

Sore hari rencananya kami akan pergi ke kota Gede, tapi sebelumnya kami mampir sebentar ke rumah teman lama papa, masih di dekat kota Gede. Saya berkenalan dengan anak perempuan teman papa itu, namanya Yana.. Orangnya ramah, jadi kami bisa sedikit akrab. Kami pun bertukar informasi mengenai lowongan kerja dan makanan yang harus kami coba saat perjalanan pulang nanti, sate ambal pak Kasman di desa Ambal. Kata Yana sate ini unik karena kuahnya menggunakan tempe ato kacang kedelai (sate yang biasa kita makan menggunakan kuah kacang ato kuah kecap). Sate ini adanya di jalan alternatif dekat jalan raya Wates, menuju Kebumen. Setelah mengunjungi teman papa, kami pun pergi ke kota Gede (sentra pengrajin silver). Tapi berhubung sudah sore, jadi toko-toko silver kebayakan sudah tutup.

Malamnya kami makan di rumah karena disediakan nasi kuning untuk merayakan ulang tahun pernikahan bulik Sri dan om Teguh. Luamayan makan nasi kuning sama ayam goreng kremes.. Enakkk.... Setelah makan malam saya, mama, Vita dan Tyas pergi ke Malioboro. Tadinya siy niatnya saya mau menelusuri jalan Malioboro, tapi karena Malioboro padat penduduk (i mean sangat rame sekali banget!!) kami akhirnya cuma ke Mirota batik, itu pun udah sumpek banget di dalam Mirota.. mama udah keburu pusing duluan. Di Mirota saya cuma beli satu baju (kayak baju muslim siy) bergambar gajah dari Thailand.. kerennnn... Trus Vita beli sackdress warna biru.

Hari kelima: Rabu 17 Oktober
Hari berbelanja oleh-oleh.. Oleh-oleh paling populer di Jogja: bakpia pathuk. Saya, mama, papa dan Vita pergi mencari oleh-oleh ke daerah Pathuk (sentra bakpia pathuk) di Jl. KS Tubun. Bunda nitip bakpia merk Srikandi rasa keju. Bentuknya agak beda dengan bakpia yang biasa, bakpia Skrikandi bentuknya lebih gendut, satu kotak isinya cuma 9 biji. Harga satu kotaknya 15000, mahal!! Biasanya bakpia harganya cuma 10000-12000 saja. Apalagi isinya yang cuma 9 biji itu. Tapi saya tergoda dan penasaran untuk mencoba, akhirnya meminta mama untuk membeli satu kotak bakpia Srikandi. Ternyata rasa bakpia ini memang lain dari bakpia biasa.. enak banget.

Gak jauh di daerah pathuk (masih di Jl. KS Tubun) ada sebuah pabrik tegel. Semacam keramik untuk lantai ato dinding yang desainnya menurut saya siy cenderung ke mediterania. Saya dan keluarga pun mampir kesana. Tegel-tegel yang diproduksi semuanya bagus, desainnya juga indah, cantik! Sayangnya saya dilarang untuk mengambil gambar disana, mungkin takut desainnya ditiru kali yah... Tapi saya berhasil mendapat izin dari pemilik pabrik untuk memotret beberapa kegiatan membuat tegel.

Selesai membeli oleh-oleh dan berkunjung ke pabrik tegel, kami pun meluncur menuju soto kadipiro (yang asli). Saat itu posisi jam setengah 12 begitu kami sampai di depan soto kadipiro dan mendapati warung soto kadipiro tutup karena sudah habis.. What!! stengah 12?? Jam makan siang pun belum.. Mungkin orang-orang Jogja suka makan diluar jam makan saya rasa. Akhirnya kami pun pulang ke rumah setelah mengingat bulik Yuli tadi pagi masak brongkos tulang muda... kesukaan saya.

Selesai makan siang tadinya kami berencana untuk langsung ke taman sari, tapi panasnya kota Jogja lagi-lagi mengalahkan niat kami untuk bepergian. Kami memutuskan untuk pergi ke taman sari setelah Ashar sambil menunggu panasnya sedikit reda. Selesai sholat Ashar kami langsung ke taman sari. Sesampainya disana kami langsung disambut oleh pemandu wisata yang tanpa kami minta menjelaskan sejarah taman sari dan menemani kami berkeliling taman sari. Taman sari sendiri ada tempat tinggal 40 selir Sultan Hamengku Buwono III, didesain oleh arsitek dari Portugis, Taman Sari ini dibuat dengan sangat indah. Taman sari juga biasa dikenal dengan istana air, karena konon dulu taman sari dipenuhi dengan danau buatan dan kolam-kolam pemandian untuk Sultan dan keluarga dan tentunya selir-selirnya.

Hari keenam: Kamis 18 Oktober 2007
Hari terakhir.. Waktunya untuk kami pulang ke Jakarta. Setelah berpamitan sekitar jam 6 pagi, saya, mama, papa dan Vita langsung berangkat menuju rumah di Cinere. Kami memilih jalur selatan sama seperti ketika berangkat. Untuk menghindari macet dibeberapa daerah kami memilih jalan alternatif dari Wates, sekalian ingin mencoba sate ambal pak Kasman yang Yana bilang. Tapi sayang ketika kami lewat desa ambal sepertinya para penjual sate itu belum menyiapkan dagangannya, mungkin karena masih pagi juga.. Lewat jalan alternatif ini lumayan juga, walaupun kondisi jalan gak senyaman jalan-jalan yang biasa kali lewati, tapi kami bisa melihat pemandangan yang indah dan juga pantai selatan.. Perjalanan pulang kami cukup lancar (mungkin karena saya dan keluarga berpositif thinking bahwa perjalanan akan lancar), kami sampai rumah jam 9 malam.. Sekitar 15 jam perjalanan, tapi itu sudah termasuk berhenti untuk beristirahat dan makan siang.

Hmm.... Liburan yang menyenangkan.. Rasanya ingin saya menambah liburan saya jadi lebih lama lagi. Kampung halaman papa sudah sering kami kunjungi.. tapi kampung halaman mama yang belum pernah saya jajaki. Suatu saat nanti saya harus datang ke kota Padang, dari berita teman-teman yang sudah pernah kesana, Padang itu sangat indah apalagi pemandangannya. Saya jadi penasaran seperti apa siy kota kelahiran mama itu.. Pokoknya suatu saat nanti saya harus ke Padang!

ps: kalo mau liat foto-fotonya disini

cerita lain lebaran saya

Friday, October 12, 2007

Alhamdulillah, ibadah wajib puasa di bulan Ramadhan sudah selesai kita laksanakan, sekarang tiba saatnya merayakan hari kemenangan, Idul Fitri. Saya dan keluarga pun melaksanakan sholat Ied hari Jumat tanggal 12 Oktober 2007 berbeda dari ketetapan pemerintah yaitu Sabtu besok, karena kami yakin 1 Syawal 1428 jatuh pada hari Jumat ini (jam 1 malam kami melihat berita di TV kalau di Arab Saudi pun melaksanakan sholat Ied pada hari Jumat ini. Waktu Indonesia lebih cepat 4 jam dari waktu Arab Saudi lalu kenapa kami harus berlebaran besok?)

Kalau biasanya kami melaksanakan sholat Ied di masjid dekat rumah di Cinere atau di lapangan dekat tempat kami menginap di Jogja, tapi kali ini kami melaksanakan sholat Ied di lapangan blok S. Ada sedikit insiden yang terjadi sebenarnya yang membuat pelaksanaan sholat Ied berjalan tidak begitu lancar. Imam yang memimpin sholat Ied di lapangan blok S tidak dilengkapi alat pengeras suara (microphone, dll), tapi bukan karena tidak siap ataupun tidak disiapkan. Dari ibu-ibu disekitar kami, saya pun akhirnya tahu kalau perlengkapan pengeras suara disita oleh oknum (yang saya sendiri tidak jelas oknum tersebut itu siapa..) yang tidak mengijinkan adanya pelaksanaan sholat Ied ini. Panitia pelaksanaan sholat Ied ini pun dibubarkan secara paksa. Waduh.. keadaan yang tidak kami sangka sebelumnya. Akhirnya kami pun sholat Ied tanpa mendengar seruan imam. Jamaah sholat yang memang sudah niat untuk melaksanakan sholat Ied bersikap kooperatif dengan ikut menyerukan seruan sholat (takbir, dll) yang sangat membantu kami yang kebetulan sholat di barisan belakang untuk bisa tetap melaksanakan sholat dengan baik. Selesai sholat kami pun mendengarkan ceramah dari seorang warga yang didaulat menjadi khotib dadakan karena khotib yang seharusnya memberikan ceramah tidak jadi berceramah, mungkin karena larangan tadi. Walaupun tidak sesuai rencana, tapi khotib dadakan tersebut dapat berceramah dengan baik. Beliau berceramah dengan energi ekstra karena tanpa alat pengeras suara, jadi yah.. sedikit berteriak. Tapi semua berjalan lancar. Semangat Idul Fitri tetap berkoar. (menghela nafas) Haaahh.. Alhamdulillah kami sudah melaksanakan sholat Ied.

Kelegaan yang saya rasakan sepertinya tidak dirasakan oleh khotib dadakan itu. Dari simpang siur berita yang saya dengar, Beliau nampaknya harus merasakan intrograsi di kantor polisi karena larangan mengadakan sholat Ied hari Jumat ini. Entah apakah berita itu benar atau tidak, tapi saya harap berita yang saya dengar itu tidak benar sama sekali. Kalaupun benar, jelas saya sangat menyayangkan sikap pemerintah atau aparat polisi atau siapapun yang melarang dan mempermasalahkan perbedaan waktu sholat ini. Kenapa yah hal ini harus terjadi, padahal kita seharusnya mengikuti Arab Saudi yang menjadi patokan waktu. Saya harap untuk tahun-tahun ke depan perbedaan ini sudah tidak ada lagi.

Anyway... Sabtu besok, di saat umat muslim merayakan sholat Ied, saya dan keluarga akan mudik ke Jogja.. Yippie.. akhirnya saya liburan juga. Saya sudah tidak sabar untuk tiba di Jogja. Sudah banyak rencana yang ingin saya lakukan disana, salah satunya adalah wisata budaya. Kami akan mudik melalui jalan darat alias bawa mobil sendiri. Doakan kami yah temans supaya perjalanan kami ke Jogja, ketika di Jogja, dan saat pulang kembali ke Jakarta berjalan dengan lancar dan dihindarkan dari segala kemungkinan yang buruk. Semoga kami selalu dilindungi Allah SWT, begitu juga yang ikut mendoakan kami.. (^_^).

Akhir kata, saya mewakili keluarga mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, maafkan kesalahan saya, orang tua dan saudara saya yang disengaja maupun tidak disengaja. Selamat merayakan hari kemenangan Idul Fitri 1 Syawal 1428 Hijriah. Selamat liburan temans..

Apa yang saya liat pada diri saya 5 tahun mendatang?

Thursday, October 11, 2007

Di sebuah kesempatan wawancara kerja kemarin di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan asal eropa itu, si pewawancara menanyakan satu pertanyaan yang membuat saya terdiam sejenak. "apa yang kamu liat dari diri kamu 5 tahun mendatang?". Berhenti untuk memikirkan sejenak, akan seperti apa diri saya 5 tahun kemudian?? Lalu keluarlah dari mulut saya sebuah jawaban yang tidak memuaskan "seseorang di level manajerial pada sebuah perusahaan atau departemen pemerintahan di bidang pariwisata".. hmm.. segitu sajakah obsesi saya??

pertanyaan itu kemudian muncul ketika saya di rumah dan ditanya oleh kedua orang tua saya tentang bagaimana wawancara tadi. teringat akan pertanyaan itu dan menyesali jawaban yang saya berikan, lalu kemudian saya merenung kembali dan membayangkan diri saya 5 tahun lagi.

5 tahun ke depan saya adalah seorang wanita sekaligus istri dan juga ibu dari 2 orang anak dengan berprofesi sebagai salah satu petinggi di sebuah perusahaan atau departemen bidang kepariwisataan dan juga dosen di beberapa universitas dan sedang mengambil pendidikan PhD dan sedang dalam pertimbangan untuk memegang salah satu posisi menteri di pemerintahan.

bermimpi masih gratis toh??

per-mimpi-an saya tidak berhenti disana saja. muncul lagi satu pertanyaan, lalu bagaimana saya melihat diri saya 10 tahun mendatang?? lalu mulailah saya berpikir lagi, dan menemukan beberapa impian yang ingin saya raih dalam 10 tahun mendatang.

10 tahun dari sekarang saya adalah seorang menteri di sebuah departemen kebudayaan dan pariwisata Republik Indonesia dan juga saya adalah peraih nobel perdamaian.

bermimpi belum kena bayaran kan?? oh belum..

kalau mau diteruskan pasti akan timbul pertanyaan tentang diri saya 15, 20, 25 tahun mendatang, dst. akhirnya saya membatasi berkhayal saya hari itu.

hmm.. sekarang giliran temen-temen yang bermimpi, kira-kira akan seperti apa dalam 5 dan 10 tahun mendatang?? tell me..

Diseño original por Open Media | Adaptación a Blogger por Blog and Web